Indonesia memiliki beragam khazanah Tari Tradisional yang mempesona, salah satunya adalah Tari Nincak Bumi yang berasal dari Kampung Wates, Desa Leuwiseeng, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Tarian ini bukan hanya sekadar gerakan tubuh yang ritmis, tetapi juga menyimpan nilai-nilai budaya dan sejarah masyarakat setempat. Keunikan gerakan dan iringan musiknya menjadikan Tari Tradisional Nincak Bumi sebagai identitas seni yang patut dilestarikan.
Sejarah Tari Tradisional Nincak Bumi diperkirakan telah ada sejak abad ke-19 dan memiliki kaitan erat dengan tradisi agraris masyarakat Kampung Wates. Nama “Nincak Bumi” sendiri memiliki arti “menginjak bumi,” yang melambangkan hubungan erat antara manusia dengan alam dan kesuburan tanah. Tarian ini dulunya sering dipentaskan pada acara-acara panen sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah.
Dalam pertunjukannya, Tari Nincak Bumi biasanya ditarikan oleh sekelompok penari perempuan dengan gerakan yang lemah gemulai namun tetap enerjik. Gerakan-gerakan tersebut menirukan aktivitas bercocok tanam, mulai dari menanam bibit, merawat tanaman, hingga memanen hasil bumi. Iringan musik yang mengiringi Tari Tradisional ini didominasi oleh alat musik tradisional seperti gamelan Sunda, kendang, dan gong, menciptakan suasana yang syahdu dan khidmat.
Keunikan Tari Tradisional Nincak Bumi menjadi daya tarik tersendiri dalam berbagai acara budaya di Majalengka. Sebagai contoh, dalam Festival Seni dan Budaya Majalengka yang akan diselenggarakan di Alun-alun Majalengka pada hari Sabtu, 17 Mei 2025, Sanggar Tari “Sekar Wates” dijadwalkan untuk menampilkan Tari Nincak Bumi pada pukul 16.00 WIB. Menurut Ibu Eni, selaku pimpinan sanggar, mereka akan membawakan tarian ini dengan melibatkan 8 penari dan durasi penampilan sekitar 20 menit. Untuk keamanan dan kelancaran acara festival, Pemerintah Kabupaten Majalengka akan menerjunkan 15 personel Satuan Polisi Pamong Praja dan 10 anggota kepolisian dari Polres Majalengka.
Meskipun memiliki nilai budaya yang tinggi, Tari Tradisional Nincak Bumi juga menghadapi tantangan dalam pelestariannya. Kurangnya regenerasi penari dan minat generasi muda menjadi perhatian utama. Namun, berbagai upaya terus dilakukan oleh para seniman dan komunitas seni di Majalengka, seperti mengadakan pelatihan tari, pentas di berbagai acara, dan mengenalkan tarian ini melalui media sosial dan platform digital.
Sebagai warisan budaya yang berharga, Tari Nincak Bumi bukan hanya sekadar Tari Tradisional dari Kampung Wates. Ia adalah representasi dari kearifan lokal, hubungan harmonis antara manusia dan alam, serta semangat gotong royong masyarakat Majalengka yang patut untuk terus dijaga, dilestarikan, dan diwariskan kepada generasi mendatang. Melalui gerakan yang indah dan iringan musik yang khas, Tari Nincak Bumi membawa kita pada kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai harganya.